Perempuan Harus Cerdas Berdemokrasi
Samarinda - Lemahnya dukungan partai politik, kurangnya perhatian media massa, minimnya penempatan sebagai caleg prioritas, kredibilitas politik, pendidikan dan ekonomi sosial budaya, menjadi faktor rendahnya keterwakilan perempuan dalam kehidupan berdemokrasi.
Pernyataan ini disampaikan Ketua Yayasan PW Perwakilan Negara Malaysia, Alim Salamah Ichsany dalam Sosialisasi Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Peningkatan Partisipasi Politik Perempuan di Kaltim yang digelar oleh Badan Kesbangpol Prov Kaltim secara virtual Zoom, Kamis (16/9).
Untuk itu, Salamah menilai sebagai perempuan haruslah cerdas dalam berdemokrasi.
“Kenapa harus cerdas? karena cerdas itu wajib. Supaya kita mampu memahami hak dan kewajiban sebagai warna negara. Anda (perempuan) adalah sosok penting dalam kehidupan keluarga sekup kecil. Dalam lingkungan yang lebih luas lagi. Anda adalah sosok perempuan yang harusnya dipanuti oleh masyarakat di lingkungan Anda tinggal. Peran itulah yang harus dimunculkan,” kata Salamah sebagai narasumber memaparkan.
Selain itu, adapun kendala perempuan dalam menyuarakan isu di Parlemen sambung Mantan Ketua Departemen Pembina Wanita Wahidiyah Prov Kaltim 2005-2009. Diantaranya dilatarbelakangi terjebaknya dalam fiksi antara kepentingan partai dengan kepentingan perempuan. Parlemen lebih maskulinitas dan lebih mengarah kepada kepentingan partai. Ditambah lagi dengan isu-isu perempuan yang sering kali dianggap terlalu mengada-ada dan diskriminatif.
Memanfaatan partai politik, mengacu pada kebijakan afirmatif dan pemanfaatan media disebutnya dapat menjadi solusi. Ia menegaskan, berbicara tentang dunia demokrasi dan politik, maka akan melahirkan sebuah kesadaran berpolitik. Kesadaran berpolitik penting dan harus dipahami oleh kaum wanita. Melalui kesadaran berpolitik inilah yang kemudian akan menghadirkan nilai-nilai keadilan, kesejahteraan dan keamanan baginya.
“Jika kamu tidak bisa menjadi pohon beringin yang tumbuh tegak di atas bukit, jadilah saja semak belukar. Tetapi semak belukar yang menguatkan tepian danau. Jika kamu tidak bisa menjadi jalan raya, jadilah saja jalan setapak. Tetapi jalan setapak yang mampu menghantarkan manusia kepada mata air,” pesannya bersajak menutup kesempatannya memaparankan materi. (resa/pt)