Perempuan

Hari Ibu Momentum Bersatu Melalui Prinsip Equal Partnership

  •   prabawati
  •   22 Desember 2022
  •   1:37pm
  •   Perempuan
  •   864 kali dilihat

Samarinda - Pergerakan perempuan dalam pembangunan, tentunya tidak terlepas dari dukungan semua pihak, baik pemerintah, akademisi dan profesional, dunia usaha, media masa, maupun masyarakat.  

Maka, momentum peringatan Hari Ibu sebaiknya juga dijadikan momentum untuk bersatu mencapai Indonesia yang maju melalui prinsip equal partnership.

Hal tersebut ditegaskan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia I Gusti Ayu Bintang Darmawati dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Wakil Gubernur Kaltim H Hadi Mulyadi, pada Puncak Peringatan Hari Ibu ke 94 Tahun 2022, yang diselenggarakan di Pendopo Odah Etam Kantor Gubernur Kaltim, Kamis (22/12).

Prinsip ini mencerminkan bagaimana perempuan Indonesia berjalan beriringan dengan kaum laki-laki untuk bersama-sama berperan membangun bangsa.

"Peringatan Hari Ibu adalah milik kita semua. Sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, maupun sebagai teman seperjuangan, yang tidak lelah menjadi arti dimanapun berada,"pintanya.

Melalui peringatan Hari Ibu inilah, kita kembali diingatkan akan pentingnya peran perempuan dalam mencapai tujuan-tujuan bangsa.

Di era kekinian, peringatan Hari Ibu diharapkan dapat mewariskan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan yang terkandung dalam sejarah perjuangan kaum perempuan kepada seluruh masyarakat Indonesia, terutama generasi penerus bangsa, agar mempertebal tekad dan semangat untuk bersama-sama melanjutkan dan mengisi pembangunan  dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan.

Perjalanan panjang selama 94 tahun sejak Kongres Perempuan Indonesia pertama, telah mengantarkan berbagai buah baik bagi kaum perempuan. Kesempatan mengenyam bangku sekolah, peluang bekerja, perempuan berpolitik,merupakan kabar baik.

Namun harus diakui, nilai dan tujuan yang mendasari terbentuknya Kongres Perempuan pertama belum membawa sepenuhnya pada kesetaraan gender yang kita cita-citakan, termasuk budaya patriarki yang masih mengakar hingga saat ini.

Salah satu bentuknya adalah domestikasi perempuan, yang membuat  ruang gerak perempuan seolah terbatas pada ranah domestik dan fungsi reproduktif.

Tingginya kasus kekerasan seksual yang   terjadi,  juga menunjukkan bahwa perempuan masih dilihat sebagai objek, sehingga kembali menjadi korban.

Ditambah lagi, selama masa pandemi COVID-19, tantangan yang harus  dihadapi perempuan pun semakin besar.

Maka, peringatan Hari Ibu juga menjadi ajang pengingat kita untuk kembali bersatu dan tidak mudah berpuas diri atas kemajuan yang telah kita raih, karena perjuangan kita masih panjang. (Prb/ty).