Kaltim Jadi Pilot Project Percontohan Sampah Plastik Terapung dan Hanyut di Mangrove
Samarinda - Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi salah satu pilot project atau proyek Percontohan Sampah Plastik Terapung dan Hanyut di Mangrove. Kaltim dipilih, karena memiliki kawasan hutan mangrove yang cukup luas namun memiliki permasalahan sampah laut yang cukup kompleks.
Proyek pencontohan pengurangan sampah laut di kawasan mangrove ini akan dilakukan oleh konsultan lingkungan asal Jepang, yakni Japan Nus Co.LTD (Janus). Dalam proyek ini nantinya akan dilakukan kegiatan Survei sampah laut di daerah mangrove.
"Dinas Lingkungan Hidup (DLH) akan melakukan pendampingan pada saat survei," kata Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Kaltim, Rina Juliati.
Kemudian juga akan dilakukan rentetan aktivitas lain di antaranya seperti investigasi komposisi sampah laut di mangrove, penilaian dampak sampah laut terhadap mangrove, tingkat kematian mangrove muda, peningkatan kesadaran masyarakat, demonstrasi untuk membangun sistem pembersihan oleh berbagai entitas, serta menyusun pedoman pembersihan di kawasan mangrove.
Pemilihan Kaltim sebagai lokasi pilot project pengurangan sampah laut bukan tanpa dasar. Kalimantan Timur merupakan satu dari 9 provinsi prioritas disarankan oleh KLHK yang merupakan area kerja dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Republik Indonesia (BRGM RI). Dengan rehabilitasi mangrove mencapai 600 ribu hektare.
Kesembilan provinsi itu di antaranya adalah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua Barat, dan Papua. Adapun lokasi yang dipilih oleh Janus adalah Kaltim dan Sumatera Utara.
Sampah laut di Kalimantan menjadi perhatian karena kuatitasnya yang cukup tinggi. Terutama di dekat muara sungai yang menjadi kawasan mangrove. Balikpapan juga diperkirakan memiliki jumlah sampah laut yang tinggi karena jumlah hotspot sampah yang relatif besar di zona pasang surut tempat tumbuhnya mangrove. Diketahui, Balikpapan memiliki 10 hotspot sampah di kawasan pesisir laut. Sehingga lokasi proyek yang dipilih Janus berada di Balikpapan.
DLH Provinsi Kaltim berharap kemungkinan proyek ini juga dapat diperluas di kabupaten lain yang memiliki kawasan mangrove dengan luasan cukup besar. Seperti di Kabupaten Berau, Kutai Kartanegara, dan Penajam Paser Utara.
Pilot project ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas data informasi untuk penanganan sampah laut di wilayah Mangrove. Sekaligus dapat mengurangi kuantitas sampah di laut dan kawasan mangrove, serta dapat menjadi pembelajaran di daerah lain. (KRV/pt)