Bicara di Forum Nasional, Kadiskominfo Kaltim Bahas Perkembangan AI Bagi Praktisi Kehumasan
Bandung – Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur (Kadiskominfo Kaltim), Muhammad Faisal berkesempatan hadir sebagai pembicara dalam forum konferensi nasional bertajuk GPR Conference 2024.
Acara tersebut digelar oleh Government Public Relations (GPR) Institute secara daring yang diikuti oleh Praktisi Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah se-Indonesia.
Kadiskominfo Kaltim, Muhammad Faisal hadir sebagai salah satu narasumber dalam kapasitasnya sebagai Ketua Asosiasi Diskominfo Provinsi Seluruh Indonesia (ASKOMPSI).
Sesuai dengan tema yang diangkat dalam GPR Conference 2024, yakni “Artificial Intelligence: A New Landscape For Government Public Relations” Faisal membagikan pengalamannya memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam menunjang kinerja Diskominfo Kaltim yang dipimpinnya.
Ia yang telah berkecimpung di dunia humas pemerintahan selama 30 tahun ini mengaku, kehadiran AI memiliki beragam manfaat dalam praktik kinerja kehumasan. AI menjadi salah satu produk dari kemajuan revolusi teknologi digital yang tidak dapat dihindari.
Tak ada jalan lain bagi para pranata humas, selain belajar dan menambah wawasan dalam pemanfaatan AI untuk menunjang kinerja kehumasan agar semakin optimal.
“Humas pemerintahan harus adaptif dengan perkembangan teknologi digital. Mari kita tingkatkan kompetensi kita, suka tidak suka kita harus mampu beradaptasi dengan kemajuan transformasi digital. Saya sendiri menggunakan AI untuk mengukur analisis media sosial. Jadi setiap hari, saya terima laporan analitis bagaimana sentimen publik terhadap kinerja Pemprov Kaltim,” kata Faisal saat menyampaikan materi dalam acara GPR Conference 2024 secara virtual melalui Zoom Meeting dari Bandung Jawa Barat, Rabu (17/7/2024).
Pemanfaatan AI dalam praktik kerja kehumasan memang memiliki banyak manfaat. Di antaranya seperti peningkatan produktivitas, pengelolaan media sosial, dan analisis sentimen publik. Namun demikian, kehadiran AI juga membawa tantangan baru yang harus diantisipasi. Seperti beban biaya dan investasi awal yang cukup besar, mengurangi interaksi personal, potensi pengurangan lapangan kerja, hingga risiko keamanan siber sehingga harus dikelola secara hati-hati.
“Intinya tetap harus kita sikapi secara bijaksana. Teknologi baru pasti juga membawa tantangan baru. Kuncinya adalah terus asah kompetensi. Pelajari, manfaatkan, dan minimalisir risikonya,” pungkas mantan Kabag Humas dan Protokol Pemkot Samarinda ini.
Muhammad Faisal hadir bersama jajaran narasumber yang tak kalah menarik. Di antaraya adalah Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa, Profesor Widodo Muktiyo, serta Akademisi dan Peneliti Artificial Intelligence dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Sunu Wibirama. (KRV/pt)